ETNIK MEDIA.ID, BOALEMO – Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boalemo, Andi Faisal Hurudji, mengakui produksi jagung diwilayah Kabupaten Boalemo pada musim panen tahun ini mengalami penurunan drastis akibat serangan hama tikus. Kondisi ini membuat hasil panen jauh dari target normal yang biasanya mencapai lebih dari 300 ribu ton per tahun.
“Biasanya dalam setahun Kabupaten Boalemo bisa tiga kali panen dengan total produksi sekitar 351 ribu ton. Namun tahun ini hasilnya tidak sampai setengah karena serangan tikus,” ungkap Kadis Andi, Selasa 19 Agustus 2025.
Disampaikan Kadis Andi, berbagai upaya pengendalian hama telah dilakukan, mulai dari penyemprotan bahan kimia hingga penggunaan racun tikus. Meski begitu, serangan tetap tinggi.
“Kalau difikir sudah pakai racun tikus, sudah pakai penyemprotan, tetap tidak maksimal. Tapi sekarang mulai ada perbaikan,” beber Kadis Andi.
Selain faktor hama, kata dia, cuaca juga berpengaruh besar. Dalam kondisi ideal, petani bisa panen tiga kali setahun. Namun jika cuaca buruk, hanya dua kali panen yang bisa dilakukan.
Dijelaskan Kadis Andi, untuk mendukung petani, pemerintah daerah melalui dinas pertanian telah menyalurkan bantuan 30 ton bibit jagung dan 100 ton pupuk. Dirinya juga mendorong pola agroforestri dengan menanam tanaman tahunan seperti kakao dan durian di sela-sela jagung agar petani punya tambahan sumber pendapatan.
Baca Juga: Pertegas Komitmen Bantu Masyarakat, DPW PAN Gorontalo Gaungkan Motto “PAN Bantu Rakyat
Lebih jauh Kadis Andi mengungkapkan, pemerintah daerah tengah menyiapkan lahan cadangan sekitar 24 ribu hektar serta tambahan lahan baku sawah yang meningkat dari 5.112 hektar menjadi 5.684 hektar. Namun salah satu program strategis yang kini ditekankan adalah terasering untuk lahan dengan kemiringan lebih dari 15–20 derajat.
“Terasering ini penting bukan hanya untuk menambah produktivitas, tapi juga mencegah longsor dan sedimentasi sungai maupun laut. Ada lahan percontohan di Paguyaman Pantai seluas 2 hektar yang sudah dibangun. Ke depan, semua lahan miring akan diarahkan ke pola terasering,” tegas Kadis Andi.
Menurutnya, sistem terasering dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Dengan begitu, lahan miring yang sebelumnya kurang produktif bisa menjadi penopang tambahan bagi program nasional produksi jagung 1 juta ton dari Gorontalo.