Di akhir laga saat melawan Bahrain, Ole Romeny atau Ole Lennard Ter Haar Romenij, pria kelahiran 20 Juni 2000 di Kota Nijmegen, Belanda ini mengungkapkan narasi yang sangat dalam maknanya.
“Ku katatakan pada ibuku, setiap gol yang kubuat adalah demi nenekku dan karena dialah alasanku disini (Indonesia). Aku tahu dia akan sangat bangga jika dia bisa mengalami semua momen ini,” ungkap Ole selesai laga.
Ole Romeny, Puzzle Yang Hilang itu Akhirnya Pulang
Bertahun-tahun, Indonesia mencari sosok yang bisa mengisi kekosongan kekosongan di lini depan, mencari striker yang tak hanya tajam, tapi juga memiliki hati untuk negeri ini.
Nama demi nama muncul, harapan demi harapan tumbuh, tetapi selalu ada sesuatu yang kurang_seperti sebuah puzzle yang kehilangan potongan terakhirnya.
Lalu, datanglah dia, Ole Romeny. Nama yang lama dinanti, bak mimpi yang akhirnya menjadi nyata. Dari jauh, ia mendengar panggilan tanah leluhurnya. Ia memilih untuk datang, bukan sekedar bermain, tetapi untuk memberikan segalanya.
Dalam dua pertandingan, ia menjawab dengan cara terbaik: dua gol, dua selebrasi, dan air mata yang tertahan disudut matanya. Gol yang bukan sekedar angka dipapan skor, tetapi bukti bahwa dirinya memang bagian yang selama ini hilang.
Ditribun, para suporter berdiri, meneriakkan namanya. Mereka tahu, ini bukan sekedar debut biasa. Ini adalah kepulangan. Kepulangan seorang anak yang akhirnya menemukan rumahnya.
Dan dilaga melawan Bahrain, ketika bendera Merah Putih berkibar, Ole Romeny berdiri diantara rekan-rekannya, matanya menerawang ke langit. Mungkin, disana, leluhurnya juga tersenyum bangga.
Dua Oxford ini (Ole Romeny dan Marselino Ferdinan) bukan hanya membela klub yang sama, tetapi kini mereka bertarung bersama untuk Indonesia. Di laga melawan Bahrain, mereka menunjukkan bahwa chemistry mereka bukan hanya untuk panggung Inggris, tetapi juga untuk kehormatan Merah Putih.
Oleh: Vertesport